Kini Saatnya Imunisasi Tanpa Nanti Tanpa Tapi

2 komentar

Imunisasi Lengkap, Pengalam Selalu Jadi Guru Terbaik

Tahun 2020, ketika pandemi masih menghantui Indonesia, hal lain juga menjadi momok di keluarga kecil kami. Anakku saat itu baru berusia 10 bulan dan masih MPASI. Namun, sejak sebulan terakhir nafsu makannya mendadak berubah dan menjadi lebih susah ketika tidur.

Awalnya sudah terbersit hal terburuknya. Namun, saya masih mencari banyak informasi tentang kondisi anakku pada kanal-kanal media sosial dokter anak. Akhirnya, sampai pada titik kecurigaan, bahwa anakku terkena TB (tuberculosis).



Datanglah kami ke salah satu dokter spesialis yang cukup dikenal di Semarang dan melakukan diskusi.

Salah satu kondisi yang membuatku curiga saat itu adalah berat badan yang cenderung stagnan bahkan menurun. Dua hari setelah tes mantoux, berat badan si kecil turun 300 gram :’) Ibu mana yang tidak tergerus hatinya? Sejak dari dokter, saya diberikan tabel kalori, sehingga apa yang dimakan anak adalah apa yang berkalori tinggi.

Setelah melakuan tes mantoux pun kami masih menghitung skor dari berbagai poin. Pemeriksaan TB ini memang cukup panjang, dan kami tidak menggunakan BPJS saat itu.

Setelah beberapa kali observasi dan melakukan tes mantoux hingga rontgen thorax. Benar memang anak kami menderita tuberculosis di umurnya yang belum ada setahun.

“Untuk ibu-ibu yang merasa ada yang janggal dengan tumbuh kembang anaknya, silakan datang ke ahlinya dan kumpulkan data dengan lengkap. Jangan berasumsi dan memutuskan secara sepihak tanpa informasi medis”

Kemudian, di salah satu kunjungan (by the way, kami juga rutin kontrol sebulan sekali selama 6 bulan pengobatan TB), beliau berkata “gejala TB yang dialami tidak terlihat (parah), besar kemungkinan karena sudah diimunisasi”.

Beliau juga menambahkan, “memang salah satu fungsi imunisasi adalah untuk meringankan gejala penyakit pada manusia”.


 
Namun ternyata kisah serupa tidak hanya terjadi pada saya saja, tetapi juga dialami oleh seorang teman.

Namanya Mega, ibu dengan dua anak. Mbak Mega (begitu saya memanggilnya), menceritakan jika dua anaknya pernah dirawat dengan diagnosa yang sama, yakni terinfeksi virus rotavirus.

Bahkan pada anak pertama, gejalanya cukup parah, yakni sampai menimbulkan kejang demam. Mbak Mega juga menuturkan, bahwa infeksi tersebut menyerang anak-anaknya ketika mereka berusia 2 tahun.

Ya. Seperti yang teman-teman tahu, infeksi ini dikarenakan terlambat pemberian vaksin rotavirus. Untuk itulah, dia mengatakan akan lebih aware disiplin imunisasi sesuai jadwal untuk anak ketiganya nanti.

Imunisasi memang tidak bisa mencegah seseorang terhindar dari satu penyakit tertentu, tapi imunisasi memberikan kemungkinan dampak yang lebih ringan ketika menderita penyakit tertentu.

Hal ini juga terjadi pada suamiku. Karena dia bekerja di lembaga pemerintahan, maka lebih dulu mendapatkan vaksin Covid 19. Namun tak berselang lama, kami tertular virus tersebut. Nah, gejala yang kami rasakan sama tapi lebih parah saya..

Menarik, bukan?
 
“Pertusis dan difteri mulai ada lagi dok 😭 anak teman saya meninggal karena difteri, setelah ditelusuri ternyata anaknya ga imunisasi sama sekali. Ini kakaknya ketularan, semoga cepet sembuh dan untuk ibu ibu bapak bapak pliiiissss anaknya diimunisasi lengkap yaaa, jangan ikutan aliran aliran yang anti imunisasi” (Nama disembunyikan)
Di atas adalah sebuah pernyataan dari seorang ibu, pada akun media sosial dokter Apin (dr. Arifianto, Sp. A (K)). Jika teman-teman lihat, memang banyak sekali masalah terkait pemberian imunisasi pada anak.

Akibat Tidak Imunisasi




Apakah imunisasi wajib? Imunisasi adalah hak setiap warga negara, mengambil atau tidak adalah pilihan masing-masing individu.

Namun, imunisasi ini adalah perlindungan bagi anak-anak dari berbagai penyakit. Masih ingat bagaimana hebohnya media massa ketika ada penderita polio? Sehingga ini dinyatakan sebagai KLB?

Hal serupa juga dialami oleh teman saya. Bayinya yang belum genap setahun harus dilarikan ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri. Karena tinggal di daerah, rumah sakit terdekat tidak memiliki fasilitas memadai untuk pemeriksaan. Lalu berangkatlah mereka ke rumah sakit daerah yang lebih jauh. Setelah observasi beberapa hari, bayi kecilnya dinyatakan menderita Pneumonia.




Bahkan dokter menyampaikan, jika sangat fatal jika sedikit saja terlambat membawanya ke rumah sakit mengingat saat itu kondisi sudah kritis. Kini anaknya sudah jauh lebih sehat, tapi pada satu kondisi masih harus terapi menggunakan nebu.

Dari banyaknya informasi mengenai imunisasi ini, nyatanya masih ada “tim anti imunisasi”. Ya. Beberapa hari lalu, saya membaca sebuah berita. Di mana ada seorang ibu yang tidak pernah memberikan imunisasi pada semua anaknya karena larangan suami dan orang tuanya.

Pihak Posyandu dan Puskesmas pun mengonfirmasi hal tersebut, bahwa itu benar adanya. Bahkan sampai datang ke rumah yang bersangkutan.

Anastasia Satriyo(Psikolog Anak dan Remaja) pun ikut buka suara, beliau berkomentar

“Psikolog anak pun kicep kalau ada masalah sosial sekompleks ini, karena layer masalahnya banyak dan butuh pendekatan multidisiplin”
Melewatkan imunisasi, tidak hanya memudahkan anak tertular suatu penyakit tapi juga bisa menyebabkan stunting. Beberapa imunisasi memang tidak dibantu oleh pemerintah, tapi bukan berarti kita tidak perlu mendapatkannya.

Banyak yang kemudian beralasan mahal sehingga melewatkan imunisasi tersebut, tetapi tak sedikit yang kemudian mengalihkan biaya tersebut untuk kebutuhan yang tidak penting, salah satunya adalah rokok.

Dokter Ngabila Salama, MKM (Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes Prov. DKI Jakarta) juga menyampaikan, bahwa seorang temannya tidak bisa mengikuti program beasiswa ke Australia dan ke beberapa negara di Eropa karena tidak mendapatkan imunisasi lengkap yang dibuktikan dengan sertifikat.

Ternyata cukup kompleks ya, akibat dari melewatkan imunisasi ini.

Kehadiran Sosok Tangguh untuk Pemerataan Imunisasi

Untuk kita yang tinggal di daerah, tentu kehadiran Posyandu dan penyuluh dari Puskesmas sangatlah penting. Dua pihak ini bisa kita ibaratkan sebagai ujung tombak, sebab mereka yang nantinya akan “menggali” bahkan tak sedikit yang menggunakan sistem “jemput bola” untuk imunisasi.

Di tempat tinggal lama kami, Bu RT sangat luar biasa dalam penyampaian informasi jadwal imunisasi. Sehingga saat Posyandu, hampir selalu ramai ibu, anak-anak dan juga para lansia.

Tentu kita butuh lebih banyak pihak yang menjadi kepanjangan tangan pemerintah untuk mengajak imunisasi. Karena tidak bisa dipungkiri, bahwa masih banyak stigma negatif tentang imunisasi.

Jika teman-teman adalah generasi yang sudah melek teknologi, kini banyak akun media sosial para dokter yang bisa diakses dengan mudah. Tidak hanya tenaga medis saja, tetapi juga banyak pekerja sosial hingga influencer yang turut aktif menyuarakan pentingnya imunisasi bagi anak-anak.

Pekan Imunisasi Dunia (PID), Kementerian Kesehatan Hadir Semakin Dekat untuk Imunisasi Lengkap

“Lebih baik terlambat imunisasi daripada tidak imunisasi”
Imunisasi ini adalah hak yang bisa diterima setiap orang, mulai dari anak-anak, lansia, ibu hamil, kalangan disabilitas hingga anak jalanan. Bahkan, bagi populasi khusus, seperti ibu hamil, imunisasi juga program yang sangat penting.




Namun jangan salah, imunisasi juga hal yang wajib jika kita ingin memberikan dan memiliki kualitas hidup yang lebih sehat di masa mendatang.

Pada 4 - 10 Mei 2023 mendatang, Pekan Imunisasi Dunia (PID) akan mengangkat tema “Ayo Lindungi Diri, Keluarga dan Masyarakat dengan Imunisasi Lengkap”.

Ini tentu waktu yang tepat bagi kita semua untuk memaknai kembali, bagaimana pentingnya imunisasi untuk kehidupan.

Jadi tunggu apa lagi? Mari datang ke fasilitas kesehatan terdekat dan berikan imunisai pada anak juga diri kita sendiri. Mari bersiap menyambut komunitas masyarakat yang lebih sehat.




Source :

https://www.halodoc.com/artikel/6-dampak-negatif-jika-bayi-tidak-diimunisasi
https://www.unicef.org/indonesia/id/stories/6-fakta-pneumonia
https://www.instagram.com/dokterapin
https://www.instagram.com/1000daysfund
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230327/5942664/kemenkes-tambahkan-4-jenis-vaksin-baru-untuk-perlindungan-anak-indonesia/
https://www.kemkes.go.id/article/view/23030700001/cakupan-imunisasi-rendah-kasus-campak-di-provinsi-papua-tengah-meningkat.html

Nimas Achsani
Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Related Posts

2 komentar

  1. "Protect your health by getting immunizations on time." There are no excuses, only protection. Discover the significance of immunization right now. Your decision, your well-being.""Thank you for sharing your knowledge! Keep up the good job! Continue to spread the word. Please take a peek at my website.
    Abogados de divorcio sin oposición en Virginia Beach

    BalasHapus
  2. Imunisasi adalah investasi terbaik untuk kesehatan masa depan kita dan keluarga. Pengalaman yang mendalam mengajarkan bahwa pencegahan lebih baik daripada mengobati. Terima kasih atas berbagi kisah yang menginspirasi ini!
    New Jersey Expunge Order of Protection

    BalasHapus

Posting Komentar