Kisah Ibu dengan Anak ADHD, "Saya Sempat Musuhan dengan Tuhan dan Mempertanyakan Keberadaannya"

27 komentar

Mengenal Tentang ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder)


Apakah teman-teman pernah mendengar istilah ini? ADHD? Belum? Untuk sebagian besar orang tua, rasanya ini bukanlah istilah yang asing lagi. Sebab sangat erat dengan tumbuh kembang anak-anak.

ADHD atau Attention Deficit and Hyperactive Disorder adalah sebuah gangguan mental pada anak-anak, yang menyebabkan adanya gejala-gejala impulsif dan hiperaktif. Anak dengan ADHD biasanya kurang mampu fokus pada satu dalam kurun waktu tertentu.

Penyebab ADHD secara umum memiliki berbagai faktor, seperti :

  • Ketidakseimbangan neurotransmiter (senyawa otak)
  • Genetik
  • Bayi lahir prematur
  • Konsumsi obat terlarang pada ibu (saat hamil)
  • Cedera otak pada bayi maupun saat dalam kandungan
  • Lingkungan (terpapar timah)
Jadi, berhentilah menyalahkan ibu yang memiliki anak ADHD ini. Memiliki anak ADHD sama sekali bukan salah mereka, dan untuk apa menyalahkannya?

ibu dengan anak autis

Sebelum menjadi ibu, tak pernah terbayangkan tentang apa yang dimaksud dengan anak ADHD. Rasanya, hal ini juga banyak dialami oleh sebagian besar orang. Sebab, memang secara umum, kita tidak mencari tahu tentang hal-hal yang tidak dekat dengan keseharian.

Saat hamil, saya banyak membaca jurnal maupun artikel yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak. Hingga kemudian, saya temukan istilah ADHD ini pada sebuah laman parenting dan kesehatan.

Sekilas membaca tanpa memahami apapun, saya mengira jika anak ADHD adalah mereka yang cenderung aktif, memiliki kemampuan interaksi yang minim dan tidak bisa berkonsentrasi. Ya, sependek ini pemahaman saya saat itu.

Waktu berlalu. Hingga Tuhan mempertemukan saya dengan berbagai orang. Dalam perjalanan ini, adalah salah seorang ibu yang menyita perhatian saya. Sosok ibu, yang namanya tidak asing di telinga. Frida Prima.

Frida Prima, Pahlawan Super dari Golden Wood yang Tenang

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat seorang ayah dari negeri Jiran yang mengalami luka robek di batang hidungnya. Darah mengucur, hingga membekas di wajahnya. Apakah teman-teman tahu, jika yang menyebabkan luka itu adalah anaknya?

Ya. Anaknya adalah pengidap autis, anak laki-laki remaja berusia 18 tahun. Beliau menuturkan, jika saat anaknya tantrum, kemungkinan untuk merusak barang di rumah itu sangat besar, sama besarnya dengan melukai.

Namun yang perlu teman-teman perhatikan, bahwa anak autis saat sedang tantrum, mereka tidak memiliki kontrol yang baik atas diri dan pikirannya. Itulah mengapa, kemudian yang muncul adalah sikap-sikap agresif dan sensitif.

ciri dan kondisi anak autis


Mereka, anak dengan gangguan autisme ini juga memiliki sisi yang manis. Sama seperti kebanyakan anak pada umumnya. Jadi, hentikan stigma bahwa anak autis adalah anak yang suka melukai.

Cerita yang sama juga datang dari Bu Ima, ibu dengan anak ADHD. Beberapa waktu yang lalu, beliau pernah membagikan foto tangannya yang terluka saat menghadapi anaknya yang sedang tantrum. Luka itu sudah sembuh tapi masih meninggalkan luka dan kenangan.

Tidak itu saja. Beliau juga berkisah, jika bekas jahitan operasi caesarnya pun pernah tertendang oleh anaknya. Karena insiden ini, beliau harus masuk ke rumah sakit. Perlu juga diketahui, jika anak ADHD saat tantrum, tak jarang juga menyakiti dirinya sendiri.

Ada satu informasi menarik yang saya dapatkan dari ibu dengan anak ADHD lainnya. Yakni, sebaiknya tidak menggunakan interior yang berlebih di dalam rumah. Hal ini dilakukan, untuk mengurangi kemungkinan anak merusak barang atau memanfaatkan barang tersebut saat sedang mengamuk.

Anak ADHD Itu Ada di Keluarga Kami

Sebagai orang tua, khususnya ibu, tentu mudah bagi kita untuk menyadari jika ada hal yang tak biasa dari anak kita. Hal ini juga terjadi pada Bu Ima.

Saat itu, usia anak bungsunya berusia 2,5 tahun dan sedang bersekolah di Playgroup. Setelah berdiskusi dengan guru pendampingnya, akhirnya beliau membawanya ke sebuah Klinik Tumbuh Kembang.

Setelah melalui pemeriksaan dan serangkaian tes yang sangat panjang, akhirnya batita tersebut divonis menderita Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kejadian ini sudah 13 tahun berlalu.

“Semua terapi melelahkan. Bukan cuman buat si anak tapi juga buat saya, ibunya” - Frida Prima

Kini, anak bungsunya sudah menginjak usia remaja -15 tahun-. Tentulah tidak mudah menemani anak remaja dengan kondisi seperti itu. Namun satu hal yang dilakukan Bu Ima, beliau memperlakukan si sulung sama dengan bagaimana mendidik kakaknya.

***
Apakah teman-teman tahu, jika Bu Ima pernah ada di posisi mempertanyakan keberadaan Tuhan? Tentu ini bukanlah situasi yang mudah untuk beliau.

Rasa lelah yang dirasakannya setiap hari hingga tak sempat mengurus diri sendiri, dari tahun ke tahun, seringkali membuatnya ingin menyerah.

Seiring berjalannya waktu, serta “seringnya” mendapati pandangan sebelah mata dari banyak orang, kini beliau sudah lebih “bodo amat” terkait hal ini. Karena beliau sadar betul, bahwa mereka yang bersikap demikian tidak berkontribusi apapun terhadap kondisi anaknya.

Bu Ima tidak sendirian. Ada sosok suami yang ada bersamanya. Bagi saya dan suami, suami Bu Ima adalah sosok family man.

Bu Ima mengatakan, jika suaminya memang tidak hadir secara penuh untuk memberikan dukungan moral. Hal ini disebabkan kewajibannya sebagai pencari nafkah, yang mengharuskannya bekerja.

Namun Bu Ima menambahkan, bahwa tanggungjawab pengasuhan itu juga diberikan dalam pemenuhan kebutuhan finansial secara penuh. Terlebih lagi, jika mengingat biaya yang perlu dikeluarkan untuk berbagai macam terapi dan suplemen tidaklah murah.

Tak Sepenuhnya Autis, “Anakku Termasuk Mild Autisme”

“Tidak divonis 100% autis, hanya mild autis. Karena beberapa sign of autisme, dia hanya punya 15% nya” - Frida Prima

Mild Autisme Itu Apa

Dari apa yang disampaikan Bu Ima beberapa waktu yang lalu, saya pun mulai menyadari satu hal, bahwa meskipun anak-anak mengalami autis, tapi tidak semua anak memiliki kondisi yang sama.

Dari kondisi yang ada pada anak beliau, salah satu hal yang cukup menarik adalah, bahwa si bungsu ini lebih mudah untuk diajak berinteraksi dalam lingkungan sosial. Bu Ima menuturkan, hal ini dikarenakan anak tersebut tidak mengalami masalah verbal.

Contohnya ketika saya ajak jalan pagi, dia dengan ramah menyapa satpam perumahan, tukang sayur walaupun hanya dengan kata sederhana seperti, halo om atau selamat pagi.

Lalu, apa itu mild autisme?

Prof Irwanto, PhD, wakil direktur Pusat kajian dan Perlindungan Anak Universitas Indonesia (2016), mengatakan bahwa untuk anak yang didiagnosis autisme dengan grade mild, ia masih bisa belajar, dilatih, juga memiliki fleksibilitas walaupun atensi kurang. Selain itu, perilaku anak juga masih bisa diarahkan.

Bisa dibilang, ini termasuk dalam jenis autis ringan. Pertanyaannya adalah, orang tua mana yang berharap anaknya mengalami kondisi ini? Ini bukanlah kondisi ringan seperti bagaimana jika kita melihat anak-anak yang rewel karena tidak diberikan es krim.

imaculata autism boarding school

Setiap terapi yang dilakukan pada anak ADHD ini sangat bergantung pada kondisinya, tidak selalu sama. Untuk hal ini, terhitung sejak beberapa waktu yang lalu Bu Ima sudah mendaftarkan anak bungsu di Imaculata Autism Boarding School.

Tujuannya hanya satu, ingin anaknya bisa hidup mandiri. Beliau menjelaskan jika di sekolah tersebut, setiap anak akan mendapatkan treatment yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Namun, goalnya sama, yakni mengajari anak-anak agar bisa hidup mandiri.



Jadi di sana, anaknya tidak akan lagi melakukan terapi, tapi belajar mengurus dirinya sendiri. Tentu ini bukanlah keputusan yang mudah, terlebih bagi seorang ibu. Namun Bu Ima menyadari, jika saat ini adalah waktu yang tepat, mengingat usia anaknya sudah 15 tahun.

Satu hal yang menarik dari penjelasan beliau adalah

“Belajar bagaimana cara mengurus dirinya sendiri jauh lebih penting daripada sekolah formal, yang nantinya tidak bisa menjadi bekal hidupnya” - Frida Prima.

Saya setuju dengan apa yang disampaikan beliau. Anak ADHD atau autis memang perlu disiapkan untuk belajar mandiri. Karena sebagaimana firman Allah, bahwa setiap yang bernyawa akan mati.

Tidak selamanya, anak-anak ini akan selalu didampingi oleh orang tuanya.

Aplikasi Super, Mengeliling Pelosok dengan Misi Kemanusiaan



Setelah kita melihat bagaimana perjuangan Bu Ima bersama putra bungsunya, rasanya tak elok bagi kita jika tidak mensyukuri hal-hal kecil di dalam rumah.

Apa yang dilakukan Bu Ima, memang tidak banyak diketahui orang, termasuk saya. Apa yang beliau sampaikan dan saya tulis, tentulah tidak sebanding dengan apa yang dikerjakannya sepanjang waktu selama bertahun-tahun lamanya.

Jika tadi kita melihat sosok pahlawan super ini adalah ibu dengan anak ADHD, kini ada juga sebuah aplikasi yang juga berjuang untuk memenuhi hajat orang lain.

Adalah Aplikasi Super. Super sendiri merupakan kumpulan agen yang menyalurkan sembako serta kebutuhan pokok lainnya, di daerah kecil dan pelosok.

Bagaimana cara kerjanya? Begini, Melalui aplikasi Super ini, para wirausahawan muda akan direkrut menjadi Super Agen.

Apa tugas dari Super Agen ini? Tugas mereka adalah mendistribusikan sembako dan kebutuhan lainnya kepada masyarakat dengan harga yang tentu saja terjangkau.

Adakah yang Pernah Mendengar Istilah Hyperlocal Supply Chains?

Untuk anne baba yang belum tahu, hyperlocal supply chains ini adalah upaya untuk menjaga ketersediaan barang-barang dalam skala lokal.

Nah, ini pula yang dikembangkan oleh Super. Kenapa? Tidakkah anne baba sadari, jika di beberapa daerah pelosok (khususnya wilayah Timur Indonesia), memiliki harga jual yang relatif tinggi?

Dengan adanya hyperlocal supply chains ini, diharapkan adanya kestabilan harga yang merata di daerah-daerah tersebut.

Aplikasi Super sendiri beroperasi di wilayah Timur Indonesia, dengan kantor pusat di Jawa Timur. Jika teman-teman perhatikan, apa yang dijual di aplikasi Super ini memang sebagian besar adalah kebutuhan pokok sehari-hari.

Melalui aplikasi Super dan manajemen hyperlocal supply chains tadi, diharapkan adanya distribusi barang-barang tepat waktu. Seperti yang banyak diberitakan, jika selama ini pengiriman logistik ke daerah timur seringkali mengalami “kemacetan”.

Hal ini tentu akan memudahkan komunitas yang masyarakat yang berada di wilayah tertentu. Karena bisa mendapatkan barang yang dibutuhkan dengan harga terjangkau dan tidak perlu berlama-lama menunggu.

Untuk pihak penjual juga sudah pasti diuntungkan, sebab harga beli (grosir) lebih terjangkau. Dengan harga beli yang lebih murah, maka mereka pun bisa menjual dengan harga yang relatif terjangkau, dan transaksi jual beli akan lebih mudah terbangun.



Ingin menjadi bagian dari aplikasi Super? Teman-teman bisa mengunduhnya di ponsel, baik App Store maupun Play Store. Tenang saja, karena aplikasi ini sangat user friendly sehingga memudahkan kita untuk menggunakannya.

Kado Untuk Pahlawan Super?

Dalam agama saya, disampaikan bahwa saling memberi hadiah antar sesama mampu menumbuhkan rasa kasih dan sayang.

Mengingat pahlawan super yang kali ini sangat menginspirasi adalah seorang ibu yang punya sentuhan artistik. Ingin rasanya memberikannya sepaket sketchbook beserta drawing pen dan sebuah buku tentang self improvement.




Mungkin yang ingin saya berikan bukanlah sesuatu yang mahal. Namun, tujuan dari pemberian kado tersebut adalah supaya Bu Ima punya waktu untuk masuk dan berbincang dengan jiwanya.

Paling tidak, ketika hatinya sedang sesak dan hari seolah tak berpihak padanya, beliau punya “teman” untuk menuangkan semua isi kepala dan hatinya.

Mengingat Bu Ima adalah orang yang suka bepergian, maka kedua kado tersebut sangat cocok dibawa bepergian.

Kisah Bu Ima, adalah satu dari sekian banyak orang tua dengan anak ADHD. Setiap dari mereka, tentulah punya perjuangan dan air matanya. Apa yang terjadi pada anak-anak ADHD ini, bukanlah aib. Ini sepenuhnya adalah kuasa Tuhan. Hal yang tidak bisa kita elakkan.

Jika itu bukan bagian dari perjuangan kita sebagai orang tua, mari tidak memandang mereka sebelah mata hanya karena kerikil itu tidak melukai kaki kita. - Nimas Achsani

Sedikit mengetahui kisah beliau, membuat saya bertanya pada diri sendiri, “apakah saya akan sekuat Bu Ima?”.




Nimas Achsani
Parenting, pernikahan, finansial dan gaya hidup

Related Posts

27 komentar

  1. Masyaa Allah, kisah bu Ima ini menginspirasi sekali.. Sebagai salah satu orang tua yg mempunyai anak ADHD tentu butuh kesabaran ekstra.. Semoga kita khususnya saya sendiri nih bisa lebih sabar juga untuk anak" yaa.. Inspirasi yg bagus mba :')

    BalasHapus
  2. Menginspirasi sekali. Memang gak mudah untuk berdamai dengan keadaan. Semoga semakin banyak juga masyarakat kita yg menanggalkan stigma pada anak2 ADHD. Ksrena mereka juga berhak hidup bahagia tanpa stigma. Semangat terus, Bu Ima!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Strong sekali ya mbak Bu Ima ini. Baca kisahnya aku jadi pengen nangis huhuhu.

      Hapus
  3. Awalnya emang pasti merasa sedih, ngga terima. Bu Ima ini menginspirasi sekali, memang hanya ibu yang hebat yang bisa mendampingi anak2 hebat mba. Temenku juga anaknya ADHD tapi salut deh, pinter banget, bahasa Inggris cas cis cus.

    BalasHapus
  4. Menurut saya sebuah keluarga yang didalamnya ada anak berkebutuhan khusus atau dengan kelainan ADHD adalah sebuah keluarga yang hebat. Tidak semua orang tua sanggup dan mampu mengahadapi kondisi semacam itu. Pastinya mereka adalah orang tua pilihan Allah yang dengan sabarnya memberikan kasih sayang lebih kepada buah hatinya yang istimewa. Dan justru saya salut dengan hal ini, karena banyak anak pengidap ADHD memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh anak normal pada umumnya.

    BalasHapus
  5. Ibu dengan anak istimewa seperti ini emang selalu bikin kita bersyukur, sekaligus belajar.
    Itulah kenapa Allaah pilih orang2 yg hebat aja untuk ini yaa mbaaa

    BalasHapus
  6. sangat insipiratif sekali kisah Ibu Ima dalam menghadapi kondisi sang buah hati yang tervonis ADHD. Kisahnya patut diteladani untuk orang Tua yang mengasuh anak, perlakukan mereka dengan baik, sabar, dan tenang.

    BalasHapus
  7. Hanya manusia-manusia yang istimewa dan kuat yang dititipkan anak-anak spesial dan kuat juga. Salut banget sama Ibu Ima, inspiratif banget termasuk buat aku yang masih dalam perjalanan cari jodoh, uhuk

    BalasHapus
  8. Salut dengan para orang tua yang diberikan anak spesial seperti bu Ima yang tidak menyerah dengan keadaan dan berusaha mengasuh anaknya dengan penuh kasih sayang.

    BalasHapus
  9. Kisah bu Ima sangat menginspirasi saat membesarkan anak spesial bahkan mencarikan sekolah terbaik untuk anak agar bisa mandiri. Bu Ima sangat cocok jika disebut sebagai pahlawan. Semoga beliau mendapat kado dari aplikasi Super.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, karena ketegaran dan kesabaran Bu Ima memang tepat ya menjadi teladan. Semoga beliau mendapatkannya dari aplikasi super

      Hapus
  10. Aku punya teman yang anaknya di vonis autis .dan curhatnya bikin melow.
    .dan menyimak pemaparan dari mbak nimas aku jadi semakib melow
    .ya Allah semoga makin kuat para ibu2 dengan amanah ini

    BalasHapus
  11. aku benar-benar belajar dari para orang tua hebat yang diberikan keistimewaan. Benar-benar menguji iman dan juga kesabaran ya mom, bersyukur sekarang sudah semakin banyak yang aware dan buat dapetin terapinya lebih mudah jg

    BalasHapus
  12. Semoga Indonesia bisa lebih aware dan saling memberi suffort dalam hal spt ini, tidak apa2 tidak membantu asal jangan sampai asumsi pribadi menyakiti orang lain.
    Kekuatan luar biasa yg didapat dari menghasapi ujian luar biasa. Sangat menginspirasi. Makasih kak <3

    BalasHapus
  13. Bu Ima kuat banget, walaupun sebagai seorang Ibu, tetapi pasti akan merasa capek juga. Tapi, salut Bu Ima tetap berjuang untuk anak emasnya. Sangat menginspirasi. Sehat-sehat Bu Ima dan keluarga. Buat Kak Nimas dan juga keluarga. ✨✨🥺

    BalasHapus
  14. Memikiki anak yang autis atau mengidap ADHD memang tidak mudah. Tantangannya sangat berat. Jadi salut banget dengan ibu-ibu yang diuji dengan anak yang pertumbuhan tidak seperti anak pada umumnya.

    BalasHapus
  15. Ya allah aku baca ini jadi tertampar mbak. Aku ngalamin anakku tantrum berjam jam jam tiap hari. Lelahnya jgn ditanya. Udah ke psikolog swasta, ke psikolog di univ negeri, smpe ke RSUP tetap saja hasilnya nihil. Hingga akhirnya pas SD baru psikolog sekolahnya yg menyadari ada yg berbeda dr dia. Akhirnya perjalanan terapi pun dimulai. Anakku mmg ga didiagnosa adhd, tapi lebih ke SPD sensori prosesi g disorder. Dan itu saja udah bikin aku bertanya pada Tuhan.

    BalasHapus
  16. memiliki anak berkebutuhan khusus seperti ADHD memang membutuhkan kelapangan hati yang sangat luas dan kesabaran ya, salut banget sama buibu yang telaten mengasi anaknya

    BalasHapus
  17. Berbicara soal ADHD, kebetulan anaknya adik ipar juga menderita ADHD. Telah diterapi dari kecil, dan skg sdh SMA bersekolah di sekolah umum.

    BalasHapus
  18. tulisannya bermanfaat banget, aku baru tau juga soal AGHD

    BalasHapus
  19. Alhamdulillah,
    kerjasama yang baik dari pihak orangtua dan sekolah dalam menyediakan lingkungan yang seru untuk anak ADHD ini harus terus dilakukan, agar sama-sama nyaman dan pada akhirnya tujuan dari pembejaran pun bisa tercapai.

    BalasHapus
  20. Ibu dengan anak istimewa selalu membuatku takjub. Allah sepertinya memang sudah mendesain sosoknya sedemikian rupa agar siap dititipi anak hebat dan menjadi inspirasi buat kita semua.

    BalasHapus
  21. Saya memahami perasaannya, dan saya rasa diawal² butuh waktu untuk berdamai dengan keadaan. Apalagi mendengar omongan orang disekitar akan sisi negatif mereka terhadap anak ADHD, salut dg orangtuanya juga

    BalasHapus
  22. Tak semua bisa sekuat Bu Ima, tapi aku selalu bangga membaca kisah semacam ini. Bagaimana pun anak adalah titipan Sang Ilahi. Meski ADHD, biasanya ada saja kelebihan yang Allah beri buatnya. Sayangnya yang kutemui di daerahku masih banyak stigma negatif pada ABK yang justru berawal dari orangtuanya; anggapan bahwa mereka tidak punya masa depan. Kuharap semakin banyak orang tua seperti Bu Ima.

    BalasHapus
  23. Dari Bu Ima saya belajar, banyak sekali. Bahwa gejala ADHD ini ada di depan kita, lingkungan kita, namun minimnya edukasi menjadikan mereka terabaikan, dianggap sebelah mata tanpa penanganan yang tepat. Lalu, dari Bu Ima saya belajar bahwa anak adalah titipan, dan titipan yang Allah beri berbeda-beda bentuknya.

    BalasHapus
  24. Anak adhd atau autis, ternyata bertingkat, ya, mba, awtiap tingkatan butuh perlakuan yg berbeda. Salit dengan orangtua yg siap menerima amanah ini. Pastinya ada ibrah Yg Allah berikan untuk kita semua

    BalasHapus
  25. Salut dengan para ibu yang dikaruniai anak yang 'berbeda'. Allah tahu mereka adalah orang-orang yang kuat.

    BalasHapus

Posting Komentar